Update kali ini, Ana mau menjelaskan sedikit siapa ya orang yang diusir dari hadirat Allah moga-moga kita tidak termasuk orang yang terusir, gimana ya kalau kita di usir orang tua misalnya dari rumah, pasti udah bingung sedikit mau kemana kita, wah gimana kalau Allah yang mengusir kita.
Aku berlindung kepada Allah dari segala kesengsaraan.
Tanda-tanda Orang yang di Usir dari Hadirat Allah ada dua (2), yaitu:
1. Tidak tercapai rasa lezat dalam segala ibadah.
2. Hatinya menjadi liar tidak menuju Allah, lahiriyah atau diluarnya saja dihiasi dengan berbagai macam amalan, tetapi hatinya belum makrifat, belum ada hubungan dengan-Nya, dan batinnya belum menyambung dengan Allah.
Hati itu sebagai pusat tempat Allah menilik, dan Allah tidak suka kepada orang yang ha tinya bergantung kepada yang lain dari pada Dia. Hati tidak boleh bercabang, ia harus menjurus kepada satu tujuan, yaitu makrifatullah. Sesungguhnya amal adalah suatu rupa (wujud) yang nyata, sedangkan ruhnya adalah hati yang bermakrifat dan ikhlas kepada Allah.
Barangsiapa terdinding syuhud atau terdinding musyahadah kepada Allah disebabkan oleh adanya karat-karat dalam hati, maka tidaklah dapat memandang Nurul Haq, yaitu cahaya yang sebenarnya dan terhijablah dari hadirat Allah
Syeikh Ibnu Attailah, berkata: "Bagaimana seseorang berjalan ke jalan Allah padahal ia tertambat dalam segala syahwatnya. Orang tertambat itu tidak dapat berjalan dan tidak pula dapat kembali kepada Allah."
"Bagaimanakah orang dapat merasa puas masuk pada hadirat Allah padahal ia tidak pernah mensucikan dirinya dari junub lalinya."
Aku berlindung kepada Allah dari segala kesengsaraan.
Tanda-tanda Orang yang di Usir dari Hadirat Allah ada dua (2), yaitu:
1. Tidak tercapai rasa lezat dalam segala ibadah.
2. Hatinya menjadi liar tidak menuju Allah, lahiriyah atau diluarnya saja dihiasi dengan berbagai macam amalan, tetapi hatinya belum makrifat, belum ada hubungan dengan-Nya, dan batinnya belum menyambung dengan Allah.
Hati itu sebagai pusat tempat Allah menilik, dan Allah tidak suka kepada orang yang ha tinya bergantung kepada yang lain dari pada Dia. Hati tidak boleh bercabang, ia harus menjurus kepada satu tujuan, yaitu makrifatullah. Sesungguhnya amal adalah suatu rupa (wujud) yang nyata, sedangkan ruhnya adalah hati yang bermakrifat dan ikhlas kepada Allah.
Barangsiapa terdinding syuhud atau terdinding musyahadah kepada Allah disebabkan oleh adanya karat-karat dalam hati, maka tidaklah dapat memandang Nurul Haq, yaitu cahaya yang sebenarnya dan terhijablah dari hadirat Allah
Syeikh Ibnu Attailah, berkata: "Bagaimana seseorang berjalan ke jalan Allah padahal ia tertambat dalam segala syahwatnya. Orang tertambat itu tidak dapat berjalan dan tidak pula dapat kembali kepada Allah."
"Bagaimanakah orang dapat merasa puas masuk pada hadirat Allah padahal ia tidak pernah mensucikan dirinya dari junub lalinya."