Pandangan Syekh
Dalam salah satu keterangan tentang taqdir dan ikhtiar (percakapan diantara binatang rimba dan singa), pada suatu hari terjadilah pertukaran pikiran diantara binatang-binatang itu dengan seekor singa.
Binatang itu berkata kepada singa, "Apakah yang lebih baik dari pada menyerah? Coba lihat berapa banyak orang yang lari dari suatu bencana, buat menemui bencana baru? Berapa banyak orang yang ingin melepaskan diri dari kejaran seekor ular besar, ditempat persembunyiannya itu dia pun ditunggu oleh seekor naga besar. Lihatlah raja Fir'aun, dibunuhnya beribu-ribu anak bayi laki-laki, padahal yang sangat ditakutinya itu adalah anak yang dipeliharanya di dalam rumahnya sendiri.
Pandangan mata kita ini sebenarnya adalah buta, yang sebenarnya melihat adalah Allah. Mata itu lebih baik kita fana'kan saja dalam pandangan kekasih kita, yakni Tuhan. Pandangan Tuhan lebih baik menjadi pengganti pandangan kita, karena dalam pandangan-Nyalah tersimpan segala yang kita kehendaki. Lihatlah seorang anak kecil yang didukung ayahnya diatas pundaknya. Nanti apabila dia telah menjadi dewasa, dia pun turun dari pundak ayahnya dan berjalan dengan kedua kakinya. Sejak itulah dia akan ditimpa oleh bermacam-macam kesusahan dan penderitaan hidup.
Ketika masih bergantung kepada ibunya, anak kecil tinggal dalam asuhan ibunya dalam keadaan yang senang. Demikian juga seluruh makhluk, mereka dipelihara oleh Tuhan, yang Maha Kuasa menurunkan hujan dari langit, memberi rezeki dari segala yang tumbuh di bumi.
Singa menjawab, "Memang perkataanmu itu benar sebagian, tetapi apakah engkau tidak ingat bahwa Tuhan menjadikan hamba-Nya itu menyandarkan tangga di hadapan hidup kita? Apakah guna tangga itu tersandar, kalau bukan untuk kita naiki? Kita mesti naik setingkat demi setingkat. Kita harus mensyukuri nikmat mata, tangan, kaki dan lain-lain yang disertakan Allah kepada kita. Ketahuilah bahwa hendaklah hidup dengan bertawakkal dan beramal. Ketahuilah bahwa hidup adalah rantai yang sambung menyambung. Selama diberi kesempatan hidup, selama itu pula menghadapi perjuangan. Oleh sebab itu, kita harus memohon pertolongan Allah untuk beramal dan berjuang agar perjuangan kita berhasil.
Jalaluddin Arrumie
tentang takdir dan ikhtiar sangat istimewa, sangat berbeda dengan ahli tauhid yang lain. Menurut beliau, kita hidup untuk terus berjihad (berjuang) dan terus bekerja (beramal). Insan dilepaskan ke dunia ini dikaruniai kemerdekaan dan disuruh beramal (bekerja) untuk kebahagiaan hidupnya dan untuk memberi nilai kepadanya.Dalam salah satu keterangan tentang taqdir dan ikhtiar (percakapan diantara binatang rimba dan singa), pada suatu hari terjadilah pertukaran pikiran diantara binatang-binatang itu dengan seekor singa.
Binatang itu berkata kepada singa, "Apakah yang lebih baik dari pada menyerah? Coba lihat berapa banyak orang yang lari dari suatu bencana, buat menemui bencana baru? Berapa banyak orang yang ingin melepaskan diri dari kejaran seekor ular besar, ditempat persembunyiannya itu dia pun ditunggu oleh seekor naga besar. Lihatlah raja Fir'aun, dibunuhnya beribu-ribu anak bayi laki-laki, padahal yang sangat ditakutinya itu adalah anak yang dipeliharanya di dalam rumahnya sendiri.
Pandangan mata kita ini sebenarnya adalah buta, yang sebenarnya melihat adalah Allah. Mata itu lebih baik kita fana'kan saja dalam pandangan kekasih kita, yakni Tuhan. Pandangan Tuhan lebih baik menjadi pengganti pandangan kita, karena dalam pandangan-Nyalah tersimpan segala yang kita kehendaki. Lihatlah seorang anak kecil yang didukung ayahnya diatas pundaknya. Nanti apabila dia telah menjadi dewasa, dia pun turun dari pundak ayahnya dan berjalan dengan kedua kakinya. Sejak itulah dia akan ditimpa oleh bermacam-macam kesusahan dan penderitaan hidup.
Ketika masih bergantung kepada ibunya, anak kecil tinggal dalam asuhan ibunya dalam keadaan yang senang. Demikian juga seluruh makhluk, mereka dipelihara oleh Tuhan, yang Maha Kuasa menurunkan hujan dari langit, memberi rezeki dari segala yang tumbuh di bumi.
Singa menjawab, "Memang perkataanmu itu benar sebagian, tetapi apakah engkau tidak ingat bahwa Tuhan menjadikan hamba-Nya itu menyandarkan tangga di hadapan hidup kita? Apakah guna tangga itu tersandar, kalau bukan untuk kita naiki? Kita mesti naik setingkat demi setingkat. Kita harus mensyukuri nikmat mata, tangan, kaki dan lain-lain yang disertakan Allah kepada kita. Ketahuilah bahwa hendaklah hidup dengan bertawakkal dan beramal. Ketahuilah bahwa hidup adalah rantai yang sambung menyambung. Selama diberi kesempatan hidup, selama itu pula menghadapi perjuangan. Oleh sebab itu, kita harus memohon pertolongan Allah untuk beramal dan berjuang agar perjuangan kita berhasil.