Kalimah syahadatun Nabi itu adalah Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah. Dalam kitab Al Munqizu Minadhalal karangan Imam Ghozali r.a. Beliau berkata, bahwa manusia itu pada asal mulanya belum mengetahui, belum mempunyai pengertian tentang alam semesta ini, artinya tidak mengetahui sesuatu sebagai ciptaan Tuhan, sedangkan alam semesta itu tak terhitung jumlahnya. Allah jua lah yang mengetahui, seperti dalam Firman Allah:
"Wa maa ya'lamu junuuda robbika illaa huwa"
"Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia (Allah sendiri)." (QS. Al Muddatsir: 31)
Dalam ayat tersebut, bahwa manusia mengenal alam itu dengan perantaraan idrak yang disertakan Allah kepada manusia. Tiap idrak merupakan alat untuk mengenal suatu alam di antara macam-macam alam.
Mula-mula manusia memperoleh alat perasa tubuh untuk mengenal alam panas, dingin, basah, kering, lemah, kasar, dan lain-lain. Perasaan tubuh itu tidak dapat mencapai alam warna atau suara, yang baginya seakan-akan tidak ada. Kemudian manusia dianugerahi oleh Allah dengan penglihatan untuk mengenal warna dan bentuk, dan Allah menganugerahi pendengaran untuk mengenal alam suara. Manusia juga dilengkapi dengan alat perasa yang bernama lidah. Sehingga ia melampaui batas panca indera berupa kekuatan dan pertimbangan. Setelah berumur kurang lebih tujuh tahun, manusia dapat mengenal suatu diluar pancaindera.
Naiklah ia ke te tingkat yang lebih tinggi, tempat ia dikaruniai Allah dengan akal untuk mengetahui hukum, seperti wajib, jaiz, dan mustahil, mengenal makna-makna lainnya yang tak ada pada taraf-taraf sebelumnya. Ada tingkat yang lebih tinggi lagi, yaitu bagi manusia yang baru terbuka matanya dengan "Nur" untuk melihat alam gaib dan akan tidak akan sampai ke alam gaib.
"Wa maa ya'lamu junuuda robbika illaa huwa"
"Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia (Allah sendiri)." (QS. Al Muddatsir: 31)
Dalam ayat tersebut, bahwa manusia mengenal alam itu dengan perantaraan idrak yang disertakan Allah kepada manusia. Tiap idrak merupakan alat untuk mengenal suatu alam di antara macam-macam alam.
Mula-mula manusia memperoleh alat perasa tubuh untuk mengenal alam panas, dingin, basah, kering, lemah, kasar, dan lain-lain. Perasaan tubuh itu tidak dapat mencapai alam warna atau suara, yang baginya seakan-akan tidak ada. Kemudian manusia dianugerahi oleh Allah dengan penglihatan untuk mengenal warna dan bentuk, dan Allah menganugerahi pendengaran untuk mengenal alam suara. Manusia juga dilengkapi dengan alat perasa yang bernama lidah. Sehingga ia melampaui batas panca indera berupa kekuatan dan pertimbangan. Setelah berumur kurang lebih tujuh tahun, manusia dapat mengenal suatu diluar pancaindera.
Naiklah ia ke te tingkat yang lebih tinggi, tempat ia dikaruniai Allah dengan akal untuk mengetahui hukum, seperti wajib, jaiz, dan mustahil, mengenal makna-makna lainnya yang tak ada pada taraf-taraf sebelumnya. Ada tingkat yang lebih tinggi lagi, yaitu bagi manusia yang baru terbuka matanya dengan "Nur" untuk melihat alam gaib dan akan tidak akan sampai ke alam gaib.