Tarekat dan Tasawwuf itu bukan sesuatu yang diada-adakan di luar Islam, tetapi merupakan usaha pelaksanaan syariat Islam yang sah. Syariat itu tidak akan sempurna jika tidak dilakukan melalui jalan thuruq atau tarekat yang ditunjukkan. Bukankah di dalam Al Qur'an, Allah telah berfirman :
"Jika mereka itu berjalan di atas jalan yang benar (bertarekat), niscaya kami akan curahkan kepadanya titisan air yang berfaedah bagi kehidupannya, dan supaya kami menguji tentang hal yang demikian. Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Allah, niscaya mereka dimasukkan ke dalam jurang siksaan yang pedih." (QS. Jin : 16-17)
Dalam ajaran tasawwuf diterangkan bahwa syariat itu hanya aturan belaka dan hanya mengatur bagian zohir dalam beribadah. Tarekatlah yang merupakan perbuatan untuk melaksanakan. Apabila syariat dan tarekat ini sudah dapat dikuasai, maka lahirlah hakekat yang tidak lain dari pada perbaikan keadaan atau ahwal, yaitu untuk mendapatkan derajat taqwa, sedangkan tujuan terakhir adalah makrifat yaitu mengenal, rindu, dan mencintai Allah dengan sebaik-baiknya.
Sekarang ini banyak umat Islam yang hanya mempelajari Islam sebatas hal-hal yang lahiriyah (berkenaan dengan Ilmu Fiqih atau syariat) saja dan tidak disertai dengan mempelajar serta memahami ilmu tasawwuf ( pelaksanaan dan pengendalian nafsu), bahkan banyak umat Islam dari kalangan ahli Syariat beranggapan bahwa sufi, tarekat dan tasawwuf adalah bid'ah dan ajaran tasawwuf adalah sesat, sehingga mereka memproklamirkan, bahwa mereka yang benar. Padahal jika kita tilik dan kita pahami, bahwa Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk ukhuwah Islamiyah, ukhwah insaniyah, dan ukhwah fathoniyah. Jika umat Islam sudah mengamalkan tarekat dengan baik atas bimbingan guru, niscaya bumi ini akan aman, damai, dan sejahtera.
Akhir-akhir ini banyak kaum terpelajar dan orang-orang salafy ( kaum syariat) mencemoohkan tarekat, sebagaimana mereka mencemooh tasawwuf pada umumnya, seakan-akan mereka mengatakan dan menentang keras, bahwa tasawwuf adalah sesat, orang-orang sufi telah melakukan syirik akbar dan seakan-akan itu adalah pekerjaan yang dibuat-buat dan sia-sia dalam Islam, lantaran mereka hanya membaca buku tanpa memahami dan belajar apa itu ilmu tasawwuf dalam hakekatnya. Maka dengan keadaan yang demikian itu mereka perlu mengenal tarekat dan tasawwuf lebih dekat.
Sumber kekuatan Islam itu terletak tersembunyi dalam lubuk Islam dan menjadi satu dengan urat nadinya, dan urat nadi Islam itu adalah tasawwuf dan ajaran sufi dan dalam berbagai bentuk dan corak dalam tarekat, bahwa Al Qur'an dan Sunnah nabi itu merupakan syariat, baru bermanfaat jika dilaksanakan dibawah bimbingan guru mursyid yang bijaksana dalam tarekat dalam tarekat, karena kedua bagian ini tidak dapat dipisah-pisahkan.
Siapa guru mursyid itu, yaitu seorang yang tidak hubbud dunya dan bahkan guru mursyid itu tidak pula mencintai pekerjaannya, namun mengharap cintanya Allah.
Sebagaimana Rasulullah Saw. berdo'a kepada Allah untuk mengharap cinta, walaupun sesungguhnya beliau seorang yang maksum dan tentu telah dicintai oleh Allah Swt.
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu cinta-Mu dan cinta orang-orang yang mencintai-Mu dan aku memohon kepada-Mu perbuatan yang dapat mengantarkan kepada cinta-Mu. Ya Allah, jadikanlah cinta-Mu lebih kucintai dari pada diriku dan keluargaku serta air dingin." (HR. Tirmidzi)
Demikianlah semoga kita menjadi hamba yang betul-betul mengenal Tuhannya, cinta kepada-Nya dan mendapat cinta dari-Nya.
Alhamdulillahi robbil 'aalamiin
Segala puji hanya bagi Allah, Robb alam semesta.