Sponsor Link :
Find over 1000 styles of sandals at FootwearEtc and get free shipping on order $60
Jika pada artikel sebelumnya saya telah menerangkan macam-macam atau tingkatan-tingkatan nafsu pada manusia, yaitu nafsu ammarah, nafsu lau-wamah, dan nafsu mulhimah, nah kali ini saya akan menerangkan tingkatan-tingkatan nafsu berikutnya, yaitu :
4. Nafsu Muthmainah
Nafsu ini adalah nafsu yang berada pada tingkat keempat yang telah mencapai rasa ketenangan dan ketenteraman, selalu kembali kepada Allah. Nafsu Muthmainah juga disebut jiwa yang tenang, sebagaiman Allah swt, berfirman dalam Al Qur'an pada surat Al-Fajr : 27,28,29, dan 30 :
"Hai jiwa yang tenang (muthmainah) kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan ridhai-Nya masuklah ke dalam kumpulan hambaku dan masuklah ke dalam surga-Ku."
Alam nafsu ini adalah alam hakikat Muhammadiyah, yaitu dilimpahi dengan Nur Muhammad. Sebagai wujud yang dizohirkan Allah dari Nur Zat-Nya yang dinamakan wahdah yang artinya Esa (tunggal). Sengaja Allah menzohirkan nur tersebut untuk melihat kenyataan sifat-Nya dan asama-Nya dengan ijmal, maksudnya berhimpun. Alam akan kelihatan hakikatnya selama dilihat dengan Nur Muhammad saw. yang dilimpahkan ke dalam hati, sehingga alam menjadi dalil sifat dan asma Allah.
Tempat nafsu ini dalam sir (rahasia), yaitu suatu nur yang lebih terang daripada cahaya akal. Ia mengetahui rahasia Allah, karena dirinya sudah terpimpin dengan Nur Tuhan, mengenal Allah dengan cahaya Allah.
Rasulullah saw. bersabda :
"Aku dari Allah dan semua mukmin dari aku."
Allah swt. telah memberi petunjuk kepada manusia tentang kehidupan yang baik untuk di dunia dan di akhirat berupa syariat zohir dan syariat batin yang diamanatkan kepada Rasulullah saw. Ucapan Rasulullah, perbuatan, dan ketetapannya harus hidup selamanya di tubuh umatnya. Kita dapat menyaksikan urusan kenabian terus menerus berjalan dan nyata pada tubuh umatnya, seperti melakukan kebersihan, perkawinan, dan jual beli dengan kata-kata Allah yang langsung diteruskan oleh nur-Nya sebagai penggerak dari dalam hati untuk mewujudkan tingkah laku Rasulullah saw. Barang siapa meninggalkan urusan kenabian, maka ia akan jatuh tergelincir kepada kafir zindiq.
Syariat batin yaitu menjalankan makrifat kepada Allah melalui jalan yang haq agar menjadi dekat dan melalui jalan tafakkur agar menjadi cinta kepada Allah. Orang tidak bisa mencapai maqam cinta tanpa adanya tafakkur dan tidak bisa dekat kepada Allah tanpa adanya hak Allah. Contohnya : jika kita membaca Al Qur'an dengan merasakan bahwa bacaan yang keluar dari bibir kita (suara) adalah suara milik Allah, maka bacaan itu menjadi terhubung kepada Allah dan kita akan merasakan nikmat, karena dekat kepada Allah, sedangkan nikmat yang kita rasakan itu adalah hak Allah. Orang yang melihat hak Allah seakan-akan melihat Allah. Jika tidak dapat melihat hak Allah, maka Allah tetap melihat hak-Nya yang berlaku pada diri kita.
Apabila jiwa manusia sudah sampai pada tingkat muthmainah, maka sifat-sifat Nabi saw, akan mulai nyata pada dirinya, seperti pemurah, tawakkal, tidak mudah marah, selalu bersyukur, dan ridha akan ketetapan dan ketentuan Allah, mengikuti ucapan dan perbuatan Rasulullah. Orang yang berada pada tingkatan nafsu muthmainah, harus memperbanyak zikir haq-haq baik diucapkan dengan lidah maupun dengan hati, sehingga sampai pada maqam ainul yakin dengan keimanan yang sempurna.
Wallahu...
Demikian penjelasan tentang nafsu Muthmainah, dan lain kali kita akan lanjutkan prihal tingkatan-tingkatan nafsu pada manusia, yaitu tingkatan nafsu yang kelima (nafsu Radhiah), nafsu yang keenam (nafsu Mardhiah), dan yang terakhir nafsu yang ketujuh, yaitu nafsu Kamilah. Insya Allah
Find over 1000 styles of sandals at FootwearEtc and get free shipping on order $60
$7.49. Com Domains w/Free Instant Page Site
120x90 Free Shipping and Free Return at Shoes.com
Jika pada artikel sebelumnya saya telah menerangkan macam-macam atau tingkatan-tingkatan nafsu pada manusia, yaitu nafsu ammarah, nafsu lau-wamah, dan nafsu mulhimah, nah kali ini saya akan menerangkan tingkatan-tingkatan nafsu berikutnya, yaitu :
4. Nafsu Muthmainah
Nafsu ini adalah nafsu yang berada pada tingkat keempat yang telah mencapai rasa ketenangan dan ketenteraman, selalu kembali kepada Allah. Nafsu Muthmainah juga disebut jiwa yang tenang, sebagaiman Allah swt, berfirman dalam Al Qur'an pada surat Al-Fajr : 27,28,29, dan 30 :
"Hai jiwa yang tenang (muthmainah) kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan ridhai-Nya masuklah ke dalam kumpulan hambaku dan masuklah ke dalam surga-Ku."
Alam nafsu ini adalah alam hakikat Muhammadiyah, yaitu dilimpahi dengan Nur Muhammad. Sebagai wujud yang dizohirkan Allah dari Nur Zat-Nya yang dinamakan wahdah yang artinya Esa (tunggal). Sengaja Allah menzohirkan nur tersebut untuk melihat kenyataan sifat-Nya dan asama-Nya dengan ijmal, maksudnya berhimpun. Alam akan kelihatan hakikatnya selama dilihat dengan Nur Muhammad saw. yang dilimpahkan ke dalam hati, sehingga alam menjadi dalil sifat dan asma Allah.
Tempat nafsu ini dalam sir (rahasia), yaitu suatu nur yang lebih terang daripada cahaya akal. Ia mengetahui rahasia Allah, karena dirinya sudah terpimpin dengan Nur Tuhan, mengenal Allah dengan cahaya Allah.
Rasulullah saw. bersabda :
"Aku dari Allah dan semua mukmin dari aku."
Allah swt. telah memberi petunjuk kepada manusia tentang kehidupan yang baik untuk di dunia dan di akhirat berupa syariat zohir dan syariat batin yang diamanatkan kepada Rasulullah saw. Ucapan Rasulullah, perbuatan, dan ketetapannya harus hidup selamanya di tubuh umatnya. Kita dapat menyaksikan urusan kenabian terus menerus berjalan dan nyata pada tubuh umatnya, seperti melakukan kebersihan, perkawinan, dan jual beli dengan kata-kata Allah yang langsung diteruskan oleh nur-Nya sebagai penggerak dari dalam hati untuk mewujudkan tingkah laku Rasulullah saw. Barang siapa meninggalkan urusan kenabian, maka ia akan jatuh tergelincir kepada kafir zindiq.
Syariat batin yaitu menjalankan makrifat kepada Allah melalui jalan yang haq agar menjadi dekat dan melalui jalan tafakkur agar menjadi cinta kepada Allah. Orang tidak bisa mencapai maqam cinta tanpa adanya tafakkur dan tidak bisa dekat kepada Allah tanpa adanya hak Allah. Contohnya : jika kita membaca Al Qur'an dengan merasakan bahwa bacaan yang keluar dari bibir kita (suara) adalah suara milik Allah, maka bacaan itu menjadi terhubung kepada Allah dan kita akan merasakan nikmat, karena dekat kepada Allah, sedangkan nikmat yang kita rasakan itu adalah hak Allah. Orang yang melihat hak Allah seakan-akan melihat Allah. Jika tidak dapat melihat hak Allah, maka Allah tetap melihat hak-Nya yang berlaku pada diri kita.
Apabila jiwa manusia sudah sampai pada tingkat muthmainah, maka sifat-sifat Nabi saw, akan mulai nyata pada dirinya, seperti pemurah, tawakkal, tidak mudah marah, selalu bersyukur, dan ridha akan ketetapan dan ketentuan Allah, mengikuti ucapan dan perbuatan Rasulullah. Orang yang berada pada tingkatan nafsu muthmainah, harus memperbanyak zikir haq-haq baik diucapkan dengan lidah maupun dengan hati, sehingga sampai pada maqam ainul yakin dengan keimanan yang sempurna.
Wallahu...
Demikian penjelasan tentang nafsu Muthmainah, dan lain kali kita akan lanjutkan prihal tingkatan-tingkatan nafsu pada manusia, yaitu tingkatan nafsu yang kelima (nafsu Radhiah), nafsu yang keenam (nafsu Mardhiah), dan yang terakhir nafsu yang ketujuh, yaitu nafsu Kamilah. Insya Allah