Seorang mukmin yang dapat masuk kepada hadirat Allah itu adalah orang yang senantiasa mantap dan tetap dalam sifat kehambaan terhadap Allah Swt. dan selalu melihat dirinya dalam qudrat Allah. Sesungguhnya Allah melihat kepadanya selama pandangan orang itu dalam hadirat Allah dan apabila seorang mukmin itu berpaling dari pandangan Allah, maka keluarlah ia dari hadirat Allah. Orang yang keluar dari hadirat Allah itu lantaran disebabkan dalam dirinya dihinggapi beberapa hijab dan tiga diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Wukuf Ma'al Ibadat, yaitu orang yang memandang amal ibadahnya sendiri tidak dihubungkan dengan nikmat Allah, seperti lidahnya dapat membaca segala bacaan, badannya kuasa mengerjakan ibadah dengan mengaku mampu melakukannya sendiri dengan tidak menghubungkan semua itu atas kuasa dan pertolongan Allah.
2. Hujbun, artinya dinding ibadah. Orang yang memandang perhiasan ibadah, memandang keelokkan membaca, bersedekah semata-mata mengharapkan balasan pahala dan surga. Padahal Allah swt. memerintahkan kita untuk beribadah dan mengerjakan amal soleh itu, agar mendapat ridha Allah dan dengan keridhaan Allah inilah kita akan mendapatkan apa yang telah kita usahakan dalam beribadah dan beramal soleh, yaitu pahala dan surga. Oleh karena itu sesungguhnya orang yang senantiasa mengharapkan upah dan balasan, biasanya lupa memandang Allah.
3. Riya', artinya pamer atau memperlihatkan amal ibadahnya kepada orang lain, agar mendapat pujian dari orang lain tersebut. Menurut alhli tafsir, riya' adalah melakukan suatu amal ibadah tidak untuk menuntut ridha Allah akan tetapi untuk mencari pujian dan kemasyhuran di masyarakat.
Menurut syeikh Hijazi ra. berkata bahwa orang yang dapat menghadap hadirat Allah adalah orang yang suci hatinya dari sifat-sifat basyariya, yaitu sifat yang serba aku. Apabila hilang penyakit itu dan hilang lintasan yang tabi'iyah, maka hatinya sudah wajar dinamakan dengan baitu rabbi, yaitu tempat turunnya Nur untuk memandang kebesaran Allah dan memandang haq Allah Swt.
Barangsiapa melihat alam tetapi tidak dipandangnya haq Allah yang berlaku, maka sesungguhnya ia dalam suasana hijab yang sangat tebal yang jauh dari wujud Nur. Barangsiapa melihat alam dan prosesnya sedangkan ia tidak terpandan akan Allah yang memerintahkan dan melakukannya, maka tidak sahlah segala amal ibadahnya karena amal ibadahnya tidak terhubung kepada Allah. Sehingga berakibat hilangnya rasa syukur kepada Allah dan hilangnya sifat kehambaan, seperti kata ahli sufi; Orang demikian dalam dinding atsar, seperti matahari sedang ditutupi oleh awan gelap yang tebal sehingga hilang cahayanya.
Ahli tauhid telah melarang orang memandang selain daripada haq Allah. Seluruh alam ini diliputi oleh ilmu Allah, qudrat Allah, dan iradat-Nya. Seperti firman Allah
"Dan Allah meliputi segala sesuatu, baik dengan ilmu-Nya maupun dengan segala sifat-Nya".
Find over 1000 styles of sandals at FootwearEtc and get free shipping on order $60