Cinta itu adalah terpautnya hati kepada sesuatu yang dapat memberikan kesan yang indah, baik cinta kepada makhluk atau benda yang mendapatkan tempat yang khusus bagi dirinya. Namun adakah di dalam hati kita memberikan setitik cahaya cinta kepada Tuhan, Dia yang telah menciptakan kita yang telah memberikan segalanya untuk kita yang telah memberikan cinta-Nya dan melengkapi kebutuhan hidup kita, karena kasih-Nya kita hidup dan menikmati keindahan dan keagungan cinta-Nya. Lalu sudahkah kita membalas cinta-Nya dengan mengorbankan diri dan harta kita, melaksanakan segala keinginan-Nya, dan selalu mengingat Dia di dalam hati dan setiap tarikan nafas kita, mengingat diri-Nya disaat kita bangun dan tidur dan memuji nama-Nya disetiap kita melangkah dan berjalan dimuka bumi ini, dan mengagungkan nama-Nya dikala kita memandang wajah-Nya yang terukir disetiap keindahan alam. Ketahuilah wahai saudaraku sebaik-baiknya cinta itu adalah cinta kepada Allah, karena cinta-Nya yang dapat menenteramkan jiwa.
Imam Ghazali r.a. berkata: "Ketahuilah bahwa cinta kepada Allah itu adalah setinggi-tingginya derajat bagi orang yang menjalani jalan Allah. Bila sifat cinta itu sudah mendalam pada jiwa seseorang, maka akan ikutlah sifat-sifat yang lain, seperti syauq, taanas (jinak) hati kepada Allah, dan redho atas segala perbuatan (af'al) Allah." Sesungguhnya apabila kita sungguh-sungguh untuk mendapatkan Cinta Allah, niscaya Dia kasih kepada kita dan apabila kita kasih kepada Allah, maka ia akan senantiasa berhadap-hadapan dengan wajah Allah.
Yahya bin Mu'az r.a. berkata: "Cinta yang seberat biji sawi kepada Allah itu, lebih dikasihi Allah daripada ibadah 70 tahun tanpa kasih kepada Allah." Oleh karena itu kejarlah dan dapatkan cinta-Nya dan apabila cinta Allah itu telah dihadirkan ke dalam hati dan segenap jiwa, jangan lepaskan ia dan jangan biarkan cinta itu pergi, biarlah cinta-Nya yang membawa kita pergi, pergi terbang untuk berjumpa kepada-Nya, pergi membawa cinta yang di dalamnya terbingkai ketenteraman dan ketenangan jiwa.
Berkata Syech Ibnu Athaillah:
"Tiada orang yang kasih (cinta) itu pada hakikatnya yaitu orang yang mengharap-harap dari yang dikasihinya itu agar memperoleh balasan amalnya, atau menghendaki suatu pinta, tetapi hakikat kasih itu mengambil keelokan yang dicintainya dengan hati yang kasih, sehingga tiada tinggal di dalamnya bagi yang lainnya dan fana dari dirinya terhadap Allah Ta'ala."
Sebuah sya'ir yang dilukiskan oleh Almarhum Dr. M. Iqbal yang berbunyi:
"Hiasilah dirimu dengan rona Ilahi. Hormatilah dan jayakanlah dengan cinta. Tabi'at orang Islam diliputi oleh kasih. Muslim yang tak cinta akan menjadi kafir. Oleh kasih dan cinta yang amat hakiki tinggallah kata dan carilah nilai rohaniyah. Tuangkan Nur Ilahi atas segala amalmu."
Syech Umar Ibnu Al-Faridh berkata:
".......Apabila kita senantiasa berusaha mendekati-Nya itulah keindahan yang mutlak, puncak segala keindahan.....,"
Allah berfirman dalam Hadits Qudsi yang berbunyi:
"Sepantanya cinta-Ku tercurah kepada orang-orang yang berkasih-kasihan pada jalan-Ku. Aku naungi mereka pada bayangan arasy pada hari Kiamat, yaitu hari yang tidak ada lagi naungan, kecuali naungan-Ku. Orang-orang yang berkasih-kasihan karena keagungan-Ku akan berada dalam naungan-Ku. Ia mempunyai mimbar yang terbuat dari Nur (cahaya) yang diinginkan oleh para Nabi dan para syuhada."
Alangkah indahnya jika kita mendapatkan cintanya Allah dekat dengan diri-Nya dan memandang wajah-Nya tanpa hijab dapat menghalangi antara kita dan Allah.
"Ya Allah, sungguh agung dan mulia diri-Mu, berilah aku setetes cahaya Cinta-Mu, agar hidupku tidak kesepian dan hadirkanlah cinta-Mu ke dalam hatiku, agar setetes cinta-Mu dapat membasahi dan menyuburkan hati yang gersang. Jangan pergi disebabkan aku lalai mengingat-Mu dengan kasih dan cinta-Mu, ampunilah kesalahan kealfaanku."