Dzun Nun Al Mishri adalah seorang sufi, anak dari Ibrahim yang mempunyai nama lengkap Abdul Faiz Tsauban bin Ibrahim. Beliau dilahirkan dikota Ekhim, Mesir pada tahun 180 H. Dan wafat di Mesir pada tahun 246 H. Dimakam kan dekat makam Amr bin Ash dan Uqbah bin Al Harun.
Sejak usia anak-anak beliau sudah dikenal sebagai ahli ilmu, karena kegigihannya dan ketekunan dalam memahami beberapa ilmu pengetahuan agama. Usahanya untuk memperdalam ilmu pengetahuan tidak ditempuh disuatu tempat saja, tapi ditempat yang berbeda-beda.
Ketika beliau berada disuatu negere orang, beliau pernah ditangkap dan di penjara oleh penguasa Baghdad selama 40 hari. Dan setelah bebas Dzun Nun pulang kenegeri asalnya dan mengamalkan ilmu yang ia dapat.
KISAH ANEH YANG PERNAH DIALAMI
Beliau pernah memberi sebuah cincin kepada seorang pemuda dan disuruh untuk membawanya kepasar. Ketika sampai di pasar, tidak seorangpun yang menawar dengan harga diatas 1 Dirham. Pemuda itu kembali menemui Dzu Nun Al Mishri dan menceritakannya. Setelah mendengar cerita tersebut, beliau menyuruh pemuda itu untuk menemui orang ahli tentang permata dan suruh menanyakan berapa harganya. Ternyata harga cincin itu lebih dari 100 Dinar. Kemudian Dzun Nun Al Mishri berkata kepada pemuda itu:"Nah pengetahuanmu tentang sufi sama dengan pengetahuan para penjaga toko di pasar tentang cincin permata ini". Seketika itu juga pemuda itu bertaubat atas sikapnya terhadap kehidupan dunia sufi selama ini.
PIL BERUBAH JADI PERMATA
Pada suatu hari Beliau pernah didatangi seorang anak dengan membawa uang sebanyak 100 Dinar. Anak tersebut ingin menyerahkan uang tersebut kepada Dzun Nun Al Mishri dengan para sahabatnya.
Ketika mendengar keinginan anak tersebut, beliau bertanya:" Apakah engkau sudah dewasa?" . " Belum", jawab anak tersebut. Kemudian Dzun Nun berkata :"Engkau belum berhak memberikan uang ini kepadaku, tunggulah sampai engkau dewasa".
Setelah beranjak dewasa, anak tersebut kembali lagi menemui beliau sambil bertaubat kepadanya. Kemudian anak tersebut menyerahkan uang emasnya yang berjumlah 1000 dinar kepadanya, dan seketika itu pula uangnya habis dibelanjakan para sahabat beliau. Setelah uang itu habis, lalu pemuda itu berkata,"Seandainya aku punya 1000 dinar lagi akan kuberikan kepada orang-orang taat itu". Mendengar ucapan itu, Dzun Nun Al Mishri berkata:"Pergilah ke pasar untuk membeli obat, dan sampaikan kepada pelayan toko agar memberikan obat yang harganya tiga dirham". Pemuda tersebut langsung pergi ke pasar dan kembali setelah mendapatkan obat.
Beliau menyuruh pemuda itu untuk menumbuk obat itu sampai halur dan tusukan masing2 pil dengan jarum. Setelah selesai pil tersebut diberikan kepada Dzun Nun kembali dan di gosoknya pil tersebut dan berubah menjadi permata merah yang belum pernah ia lihat. Beliaupun menyuruh pemuda itu ke pasar untuk menanyakan berapa harganya dan jangan di jual, ternyata harganya 1000 dinar. Lalu kembali dan beliau menyuruh meletakkan permata itu ke dalam lesung dan ditumbuk kembali, beliau berkata:" anakku... Para sahabat tidak merasa lapar karena kurang makan, dan itulah pilihan mereka sendiri". Pemuda itu langsung bertaubat dan dia sadar bahwa dunia ini tak lagi berharga di matanya.
Sejak usia anak-anak beliau sudah dikenal sebagai ahli ilmu, karena kegigihannya dan ketekunan dalam memahami beberapa ilmu pengetahuan agama. Usahanya untuk memperdalam ilmu pengetahuan tidak ditempuh disuatu tempat saja, tapi ditempat yang berbeda-beda.
Ketika beliau berada disuatu negere orang, beliau pernah ditangkap dan di penjara oleh penguasa Baghdad selama 40 hari. Dan setelah bebas Dzun Nun pulang kenegeri asalnya dan mengamalkan ilmu yang ia dapat.
KISAH ANEH YANG PERNAH DIALAMI
Beliau pernah memberi sebuah cincin kepada seorang pemuda dan disuruh untuk membawanya kepasar. Ketika sampai di pasar, tidak seorangpun yang menawar dengan harga diatas 1 Dirham. Pemuda itu kembali menemui Dzu Nun Al Mishri dan menceritakannya. Setelah mendengar cerita tersebut, beliau menyuruh pemuda itu untuk menemui orang ahli tentang permata dan suruh menanyakan berapa harganya. Ternyata harga cincin itu lebih dari 100 Dinar. Kemudian Dzun Nun Al Mishri berkata kepada pemuda itu:"Nah pengetahuanmu tentang sufi sama dengan pengetahuan para penjaga toko di pasar tentang cincin permata ini". Seketika itu juga pemuda itu bertaubat atas sikapnya terhadap kehidupan dunia sufi selama ini.
PIL BERUBAH JADI PERMATA
Pada suatu hari Beliau pernah didatangi seorang anak dengan membawa uang sebanyak 100 Dinar. Anak tersebut ingin menyerahkan uang tersebut kepada Dzun Nun Al Mishri dengan para sahabatnya.
Ketika mendengar keinginan anak tersebut, beliau bertanya:" Apakah engkau sudah dewasa?" . " Belum", jawab anak tersebut. Kemudian Dzun Nun berkata :"Engkau belum berhak memberikan uang ini kepadaku, tunggulah sampai engkau dewasa".
Setelah beranjak dewasa, anak tersebut kembali lagi menemui beliau sambil bertaubat kepadanya. Kemudian anak tersebut menyerahkan uang emasnya yang berjumlah 1000 dinar kepadanya, dan seketika itu pula uangnya habis dibelanjakan para sahabat beliau. Setelah uang itu habis, lalu pemuda itu berkata,"Seandainya aku punya 1000 dinar lagi akan kuberikan kepada orang-orang taat itu". Mendengar ucapan itu, Dzun Nun Al Mishri berkata:"Pergilah ke pasar untuk membeli obat, dan sampaikan kepada pelayan toko agar memberikan obat yang harganya tiga dirham". Pemuda tersebut langsung pergi ke pasar dan kembali setelah mendapatkan obat.
Beliau menyuruh pemuda itu untuk menumbuk obat itu sampai halur dan tusukan masing2 pil dengan jarum. Setelah selesai pil tersebut diberikan kepada Dzun Nun kembali dan di gosoknya pil tersebut dan berubah menjadi permata merah yang belum pernah ia lihat. Beliaupun menyuruh pemuda itu ke pasar untuk menanyakan berapa harganya dan jangan di jual, ternyata harganya 1000 dinar. Lalu kembali dan beliau menyuruh meletakkan permata itu ke dalam lesung dan ditumbuk kembali, beliau berkata:" anakku... Para sahabat tidak merasa lapar karena kurang makan, dan itulah pilihan mereka sendiri". Pemuda itu langsung bertaubat dan dia sadar bahwa dunia ini tak lagi berharga di matanya.