Ar Rabi' bin Ashim berkata, "Yazid bin Umar bin Hubairah mengutus aku agar menghadap Abu Hanifah. Dia berharap agar Abu Hanifah bersedia menjadi hakim atas lembaga keuangan, namun kemudian ia menolak tawaran jabatan itu, sehingga akhirnya ia mendapat hukuman cambuk dua puluh kali."
Dapat kita bayangkan betapa zuhudnya beliau, baginya jabatan itu tidak perlu, karena ia menolaknya , dan mendapat hukuman. Sekalipun demikian, ia tidak gentar. Hakim bin Hisyam berkata, "Ketika saya di Syam, saya pernah meriwayatkan sebuah hadis dari Abu Hurairah. Ia adalah orang yang mempunyai derajat mulia, namun ketika ia di minta oleh penguasa negeri Syam ketika itu untuk menjadi ketua dewan penasehat kerajaan, ia di suruh memilih; menerima jabatan itu atau menerima siksaan dari raja. Akhirnya ia memilih untuk di siksa."
Imam Abu Hanifah pernah berkata pada Ibnu Al Mubarak, "Apakah kamu ingat orang yang hendak di beri dunia namun ia menolaknya?."
Menurut Muhammad bin Syuja' , " Abu Hanifah pernah diberi hadiah oleh Khalifah Abu Ja'far Al Manshur sebanyak sepuluh dirham, namun ia menolaknya. Bahkan ketika uang itu diberikan kepadanya, ia sedang shalat Subuh. Setelah shalatnya selesai, sang imam tidak mau bicara pada siapapun. Ketika itulah datang seorang utusan Al Hasan bin Qutbah dengan membawa harta, namun sang imam masih tetap diam. Sebagian orang-orang yang hadir di situ memgatakan bahwa sang imam benar-benar tidak mau bicara walaupun hanya sekata. Setelah lama di tunggu, akhirnya sang imam berbicara, "Taruhlah uang itu ke dalam kantong yang ada di tempat itu." Kemudian sang imam berwasiat kepada anaknya, 'Anakku, jika aku mati dan kau telah menguburku, maka ambilah kantong ini dan berikan kepad Al Hasan bi Qahthabah! Katakan kepadanya, inilah titipanmu yang kau titipkan pada Abu Hanifah.' Menurut anaknya, wasiat itu kemudian dilaksanakannya, dan Al Hasan berkata, 'Semoga Allah memberi rahmat pada ayahmu, karena dia adalah orang yang benar-benar teguh memegang agama'."
Imam Abu Hanifah adalah orang yang sangat Arif dan takut kepada Allah. Dengan ke zuhudan kita akan mendapatkan ilmu.
Dapat kita bayangkan betapa zuhudnya beliau, baginya jabatan itu tidak perlu, karena ia menolaknya , dan mendapat hukuman. Sekalipun demikian, ia tidak gentar. Hakim bin Hisyam berkata, "Ketika saya di Syam, saya pernah meriwayatkan sebuah hadis dari Abu Hurairah. Ia adalah orang yang mempunyai derajat mulia, namun ketika ia di minta oleh penguasa negeri Syam ketika itu untuk menjadi ketua dewan penasehat kerajaan, ia di suruh memilih; menerima jabatan itu atau menerima siksaan dari raja. Akhirnya ia memilih untuk di siksa."
Imam Abu Hanifah pernah berkata pada Ibnu Al Mubarak, "Apakah kamu ingat orang yang hendak di beri dunia namun ia menolaknya?."
Menurut Muhammad bin Syuja' , " Abu Hanifah pernah diberi hadiah oleh Khalifah Abu Ja'far Al Manshur sebanyak sepuluh dirham, namun ia menolaknya. Bahkan ketika uang itu diberikan kepadanya, ia sedang shalat Subuh. Setelah shalatnya selesai, sang imam tidak mau bicara pada siapapun. Ketika itulah datang seorang utusan Al Hasan bin Qutbah dengan membawa harta, namun sang imam masih tetap diam. Sebagian orang-orang yang hadir di situ memgatakan bahwa sang imam benar-benar tidak mau bicara walaupun hanya sekata. Setelah lama di tunggu, akhirnya sang imam berbicara, "Taruhlah uang itu ke dalam kantong yang ada di tempat itu." Kemudian sang imam berwasiat kepada anaknya, 'Anakku, jika aku mati dan kau telah menguburku, maka ambilah kantong ini dan berikan kepad Al Hasan bi Qahthabah! Katakan kepadanya, inilah titipanmu yang kau titipkan pada Abu Hanifah.' Menurut anaknya, wasiat itu kemudian dilaksanakannya, dan Al Hasan berkata, 'Semoga Allah memberi rahmat pada ayahmu, karena dia adalah orang yang benar-benar teguh memegang agama'."
Imam Abu Hanifah adalah orang yang sangat Arif dan takut kepada Allah. Dengan ke zuhudan kita akan mendapatkan ilmu.